Postingan

Hatiku Sangat Perih Akibat Hal yang Menurutmu Sepele

Kemarin sore aku pulang kerja di waktu bersamaan dengan sahabatku. Agenda kami sama, menemui pasangan kami masing-masing. Kami berdua mengingkari janji yang kami buat tadi pagi dengan kawan lainnya, main pingpong di sore hari. Bedanya, ia dijemput sedangkan aku janjian di titik tengah dengan pasanganku. Tak masalah sama sekali, yang penting aku bisa bertemu orang yang kusayang. Pertemuan berlangsung menyenangkan, sebelum hatiku tercabik dengan fakta yang sebenarnya sudah lama ada. Ia minta untuk foto bersama, lalu aku bercanda "kalau tidak diupload buat apa foto?". Lalu tiba-tiba hatiku perih dengan sendirinya. Tenggorokanku tercekat, mengingat semua pikiran buruk tentang diriku sendiri. ... Mungkin sudah genap 4 tahun, pasanganku tak mau sama sekali mengunggah muka mediokerku ini di sosmednya. Dulu alasannya karena ia memang tak mau muncul saja di sosmed. Tapi bohong, aku tau. Alasan sesungguhnya mungkin karena temannya pernah mengira aku ibunya -wah tua sekali hehe-sehingga...

Cetak Biru Kasih Sayang untuk Suamiku

Untuk suamiku di masa depan, ini suratku untukmu saat aku sedang resah. Kelak, kamu tidak akan menyalahkanku hanya karena aku sering membutuhkanmu kan? Nanti, kamu akan menepati setiap janjimu yang sudah kuceritakan dengan excited ke teman-temanku kan? Di hari esok, kau akan lebih memilih memelukku saat aku ngambek dibanding memarahiku kan? Suatu hari, kamu akan bertanggung jawab pada dirimu sendiri demi keluarga kecil kita kan? Di masa depan, perasaanku yang sering meletup-letup ini akan kamu terima dengan empati kan? Sebelum menjawabnya, kamu boleh baca cetak biru kasih sayang untukmu: Walaupun aku tidak cantik-cantik amat, aku bisa buat teman-temanmu iri karena kamu memiliki kasih sayangku. Aku akan menemani setiap proses yang kamu tempuh kelak, dan aku akan mendukung agar perjalanan itu lebih mudah dengan apa yang aku bisa. Walaupun aku kadang menyebalkan, aku akan merencanakan keluarga kita sebaik mungkin. Ratusan konten tentang parenting, tata rumah yang nyaman, resep masakan, pe...

Tidak Special di Society, tapi Mustika di Hati

Ifan, bukankah ketika kita memikirkan semua dari awal terasa lucu? 9 Februari 2018, di hari terakhir wawancara pengurus UKM, kamu pertama kali muncul dalam hidupku. Di ruang sidang 1 gelanggang mahasiswa UGM. Aku tidak mendeteksi kamu good-looking atau punya karisma tertentu. Yaah, hanya adik tingkat yang bisa ngomong, bisa jawab pertanyaan wawancara dengan lancar. Saat Sigit tertarik untuk menerimamu  (baca: PADAHAL TIDAK PERNAH DATANG LATIHAN ATAU KEGIATAN APAPUN SEBELUMNYA), aku ingin protes dan mempertanyakan komitmenmu. Tapi karena sudah malam dan aku capek berdebat, akhirnya kubiarkan saja kamu diterima. Mungkin, jika energiku lebih banyak malam itu, kamu tidak akan jadi peran utama di hidupku. Kamu tidak pernah spesial di mata masyarakat, Fan. Akademik tidak menonjol, tidak pamer kekayaan (malah terkesan nggembel), ketampanan juga tidak absolut haha. Tapi entah kenapa, dari sekian banyak mas-mas yang tertarik padaku, aku memilihmu. Walaupun awalnya tidak sengaja, memilih han...

Ya Rabb, Ibuku Ingin Mobil

Tuhanku, pada suatu hari Jumat, Ibuku mengirimiku video sebuah mobil diparkir di halaman depan rumah. Lalu ia mendoakan supaya aku bisa membelinya, agar beliau bisa bepergian dengan nyaman. Rabbku, Ibuku punya rencana. Jika aku membelikannya mobil, dia akan meminta orang yang beliau percaya untuk jadi sopirnya. Ya Allah, Ibuku sudah ada ide untuk garasi. Rumah diatur agar muat 2 mobil katanya. Untuk aku dan kakakku. Ya Illahi, beri aku kesempatan yang datang segera. Aku berjanji akan menggunakannya dengan baik. Agar hati Ibu dan Bapakku 'penuh', agar gembiranya meluap-luap, agar panjang umurnya berdua. Amalanku sedikit, shalatku jarang di awal waktu, puasaku hanya menggugurkan kewajiban. Mungkin membahagiakan kedua orang tuaku adalah salah satu jalan menuju surgaMu, maka izinkan aku, mampukan aku, mudahkan aku. Lindungi aku dari cara yang tidak baik, jalan yang salah, dan keburukan yang menjatuhkan. Bolehkah Dzulhijjah 1445H aku beli mobil Ya Allah? Boleh ya, aamiin, mohon kabu...

Surat Untuk Niken yang Berusia 25 Tahun

 Assalamu'alaikum Niken. Kau ingat? Perjuangan sangat hebat saat itu. Memberangkatkan umrah kedua orang tuamu, masha Allah. Dan kau ingat, saat itu kau menumbuhkan mimpi yang lain. Ingin emngajak orang tuamu jalan-jalan ke luar negeri. Kabar baik untukmu. Tidak lama setelah itu, semua terwujud! Bapak Ibu senang sekali dengan jadwal yang kau susun. Mereka menikmati belahan dunia lain yang tidak pernah mereka bayangkan. Masha Allah, mereka bahagia, sehat, dan panjang umur. Dan kau sudah dinikahi oleh pria yang baik, sabar, penuh kasih sayang, dan berkecukupan. Penantianmu tidak sia-sia. Saling menyayangi terus ya, kalian berdua masih sangat teduh sampai sekarang. Anakmu, lucu dan gemas. Tumbuh dengan baik, nantinya jadi anak yang lebih cerdas darimu. Sesuai doamu kan? Pekerjaan yang sering membuatmu menangis dulu? Lupakan, kau sekarang leader yang sangat disayangi anak-anakmu. Suamimu juga. Masha Allah. Kamu pun deg-degan, sebentar lagi jadwal haji untukmu dan keluargamu datang. Sela...

Lebih dari Separuh yang Bahagia, Sisanya?

Gambar
(Ditulis pada tahun 2014)       Suksesi kepemimpinan adalah hal yang tak terhindarkan dan harus dilakukan sebagai bentuk kepatuhan. Keharusannya telah tertulis dalam UUD 1945 yang merupakan bagian dari pilar kebangsaan. Agar bukan anak bangsa itu saja yang memegang pemerintahan. Kita bangsa Indonesia sepakat memberi kesempatan putra bangsa lain yang mampu untuk mengendalikan Negara kesayangan .       Pilpres tahun 2014 telah diselenggarakan. Berupa ajang untuk mencari pengganti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang telah mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk memimpin Indonesia selama sepuluh tahun. Pada 9 Juli lalu, yang bernama ‘rakyat Indonesia’ telah memiliki tiga sub nama. Rakyat Indonesia pendukung nomor 1, rakyat Indonesia pendukung nomor 2 dan rakyat Indonesia golongan putih. Seharusnya 3 sub nama itu segera menyatu kembali setelah proses pilpres usai. Bangsa besar ini sepatutnya menjelma kembali menjadi bangsa...

Malam Sebelum Pemilu

Malam ini malam pemilu Besok bangsaku membentuk kubu Hijau, merah, kuning, biru Malam ini malam panas Di stasiun televisi manapun dibahas Malam ini, banyak kurir betugas Bekorban kecil, alhasil besok puas Malam ini akan menjadi malam yang terngiang Malam digebraknya genderang Suasana lengang…. Saudaraku, jangan menyihir malam ini menjadi temaram Biarkan relung rakyat kecil mengalun Biarkan hati yang menggiring kita Para negarawan nyinyir Melawan dan menebas khawatir Takut kecintaannya digenggam bangku kosong paripurna Membayar wakil yang tidak mewakili Malam sebelum pemilu Semua memburu restu Merendah untuk meloncat ke atas senayan Semoga ingat mereka adalah pelayan Malam ini malam pemilu Aku berharap gebyar ambigu ini segera berlalu Semoga Tuhan memberi tempat duduk pada wakilku Andai aku tahu siapa khalifahku….. Ditulis 8 April 2014