Travel Around Alone (2)
"Sudah kan mbak, sudah nemu kursinya kan?"
"hehe iya Pak, maaf ya. Mungkin Ibu saya tadi salah mendengar."
Malu sekali. Ternyata Ibu salah menerima informasi. Seharusnya kursiku adalah kursi 4D, bukan 4B.
Dan ternyata, aku harus duduk di samping kakek-kakek itu. Ia menyapaku terlebih dahulu.
"Wah Dik, pantas saja kursi samping saya ini kosong. Saya tunggu-tunggu kok gak ada yang menempati. hehe"
"Ehehe, Tadi dikira 4B pak, ternyata 4B."
"Rumahnya mana Dik?"
"Desa Pringkuku Pak."
"Lho masih satu kecamatan sama saya!"
....................................
Begitulah, obrolan kami semakin mengalir. Ternyata sosok Pak Tua itu sangat ramah. Ia bahkan beberapa kali menawarkan bekal makanannya padaku.
Hingga tiba waktu shalat Dzuhur. Aku bersiap-siap untuk shalat. Tapi sampai jam 14.00 lebih, bus belum juga singgah ke tempat ibadah.
"Pak, ini nggak singgah untuk shalat dulu ya?"
"Oh ndak Dik, biasanya singgahnya cuma makan."
Waaaah, langsung saja aku bertayamum dan mengenakan mukenaku. Aku ambil sebuah bantal yang disediakan untuk menjadi pembatas antara aku dengan si Bapak. Subhanallah, rasanya terharu sekali aku melaksanakan shalat di dalam kendaraan ini. Namun sayangnya penumpang lain tak melakukannya, termasuk bapak di sampingku. Mungkin terlihat aneh aku bergarak-gerak di dalam bus, tapi memang ini zamannya. Zaman di mana orang yang mempertahankan keimanan adalah bagai memegang bara api yang panas. Sendirian.
*
Waktu shalat Isya
Seperti 3 waktu shalat yang ku lalui sebelumnya, aku lagi-lagi harus shalat dalam kendaraan berjalan ini. Baru saja aku memulai takbir, tiba-tiba terdengar suara musik dangdut. Aku usahakan tetap fokus, walaupun musiknya sangat mengganggu.
Selesai shalat aku sempatkan untuk melihat video yang disuguhkan pada penumpang. Amit-amit! Dengan ekspresi cengoh aku melihat gerak-gerak penyanyi dangdut itu. Sangat liar dan membuat jiwa wanita lainnya seperti aku hampir tergoncang. Sangat tidak layak untuk ditonton. Dengan pakaian minimnya mereka menyanyikan lagu religi. Aku menunduk, pusing melihat dan mendengarnya.
*
Tidur
*
Saat bangun tidur aku telah sampai di Provinsi Jawa Barat. Aku pikir akan segera sampai. Tapi ternyata perjalanan masih sangat jauh. Aku mencoba tidur lagi tapi tidak bisa. Akhirnya sampai di Jabodetabek pun aku masih terjaga. Aku turun di stasiun Poris Plawad, Tangerang. Sekali turun banyak sekali tukang ojek yang menawarkan jasanya, tapi aku terus saja berjalan menerobos kerumunan tukang ojek itu. Saat itu jam 3 pagi, masih sepi sekali. Aku mencoba menelpon Pakdheku yang rencananya akan menjemputku.
"Halo Pakdhe."
"Halo Ken, udah sampek lo?" yah itulah logat orang metropolitan
"Sudah Dhe."
Tiba-tiba telpon dimatikan. Aku bingung mau menuju ke mana, jalan keluar terminal ini entah di mana. Tiba-tiba ada suara menggelegar yang khas.
"Nikeeen! Itu Niken bukan?"
Ya itulah Pakdheku. langsung saja kami meluncur ke rumahnya. Waah, ini pertama kalinya aku ke rumah Pakdheku, rumahnya cukup besar untuk kalangan orang kota yang sangat padat ini. Budhe menyembutku dengan masih menggunakan mukena putih (habis shalat sepertinya).
"Budhe bikinin teh sama mie kuah ya. Ini makan dulu cemilannya"
"Ya dhe, makasih."
Budheku ini sangat cuek, tapi pagi ini kelihatan sekali perhatiannya hehe.
*
Jam 5.30 kakak iparku, Mas Agus sudah datang menjemput. Aku akan segera menuju rumah kontrakan kakakku. Di sepanjang perjalanan, aku mulai merasakan denyut kesibukan kota Jakarta, kepadatan transportasinya dan infrastukturnya yang mengagumkan. Dan temanku, jangan sampai kalian menyebut diri kalian suka ngebut kalau belum ngebut di Jakarta. Dengan lincahnya, kakak iparku mengendalikan motornya melewati sela-sela sempit kendaraan lainnya. Cukup menguji nyali setara dengan wahana histeria. Dari ruas-ruas jalan yang besar, ruas jalan kecil, hingga akhirnya masuk sebuah gang. Aku sudah tiba di rumah kontrakan Kukuk dan Mas Agus Yeah! Rumahnya kecil, hanya terdiri dari lima ruangan. Tapi sangat lumrah di kota. Tidak buruk sama sekali. Kakakku yang sedang hamil menyambutku di depan pintu.
"Ngapain kamu di sini?" ucapnya sambil senyum-senyum. Hahah.
Tanpa melewatkan waktu, Langsung saja aku mendekatinya melepas rindu karena sudah 4 bulan tidak bertemu. Ia terlihat sedikit gendut karena kehamilannya, tapi ia sangat cantik, sangat cantik.
Oh ya, di rumah kukuk ditinggali oleh dua keluarga. Yaitu keluarga kukuk sendiri dan keluarga Mbak Febri, sepupuku. Mbak Febri dan suaminya Mas Sugeng baru saja menikah. Dan mereka belum mencari rumah kontrakan. Lagi pula kos Mas Sugeng saat ia masih lajang sangat kecil spacenya. Jadi untuk sementara waktu mereka tinggal bersama Kukuk dan Mas Agus.
*
Hari pertama
Aku hanya istirahat di rumah bersama Mbak Febri. Kukuk, Mas Agus dan Mas Sugeng pergi bekerja. Aku sebenarnya ingin sekali melakukan olahraga jumping rope(olahraga kardio berupa lompat tali), bahkan aku sudah membawa ropenya dari rumah. Yah biasa, seorang jump roper sejati selalu membawa rope ke mana-mana hehe. Tapi, masalahnya, rumah kakakku ini sangat penuh dengan barang-barang elektronik dan juga barang bawaan Mas Sugeng yang sudah tertata rapi. Jadi, aku mengurungkan niatku saja. Akhirnya. aku isi hari itu dengan kegiatan memasak bersama Mbak Febri, tidur dan nonton TV.
Malam harinya, aku merasa sangat terintimidasi. Kedua pasangan yang ada di rumah ini bercinta(bermesraan) sendiri-sendiri di kamar masing-masing. Aku hanya terpaku menonton TV. Hampir larut malam aku belum juga tidur. Kukuk dan Mas Agus juga belum menyuruh aku masuk kamar. Aku takut menganggu jika tiba-tiba masuk. Eh, ternyata mereka semua sudah tidur. Langsung saja aku matikan TV dan lampu, lalu masuk kamar Kukuk.
*
Zz nanggung banget critane ora ngasi muleh tekan omah-_-
BalasHapus